Minggu, 01 Desember 2013

Jangan Main Api!



          Jangan suka main api, bias terbakar nantinya. Kata – kata ini rasanya tepat sekali menusuk relung hati temanku. Bagaimana tidak? Awalnya Dia begitu yakin semua akan baik – baik saja. Namun, ternyata lama – kelamaan perasaan cinta itu membuat hati dan pikirannya tak tentram. Bahkan, rencana pertunangan yang mereka rajut akan terancam bubar!.
          Ya, semua ini berawal saat kita dating kesuatu perusahaan yang bertujuan untuk PKL selama tiga bulan. Kita menjadi dua bagian mengikuti tempat kerja, yaitu di perakitan dan di gudang. Saat temanku dapat dibagian perakitan, dia melihat seorang wanita  yang juga PKL di perusahaan yang sama. Tiara, nama gadis itu. Harus diakui, Tiara memiliki kecantikan ragawi. Paras ayunya seketika menjadi topik yang hangat di antara teman kerja. Untungnya, sebagian besar karyawan laki – laki sudah menikah. Jadi, mereka tidak bias berbuat macam – macam. Sementara temanku, harus tahu diri.
          Dia sudah bertunangan dengan seorang gadis yang sudah dengan sabar menanti kesepiannya untuk menikah. Atas dasar itulah, dia berusaha membunuh angan – angan nakal yang kerap muncul menghantui benak dan pikirannya. Namanya beraktivitas ditempat yang sama, mereka pun jadi sering bersama. Karenanya pula, dia pun semakin mengenal keperibadiannya yang menarik. Semakin hari semakin yakin bahwa Tiara adalah tipe gadis impian kaum Adam.
          Tiara  berjilbab semenjak SMP ( temanku yang berceritakepadaku ) pada gelombang terakhir magang, ia harus pindah kegudang. Meski demikian, mereka masih berhubungan dengan baik. Apabila waktu istirahat tiba, kadang ia bersama temanku menghbiskan waktu di tempatku. Wajar saja, tempat yang ku kerjakan saat ini memang nyaman. Juga frekwensi kamar terisinya lebih jarang disbanding kosongnya.
          Tiba waktunya PKL kami berakhir. Sore sebelum kembali kerumah, mereka bersiap – siap membereskan barang – barangnya yang mereka bawa di saat masih PKL. Usai membereskan barang – barangnya kami bertiga ngobrol – ngobrol panjang lebar. Walau temanku berusaha sekuat tenaga menutupinya, Tiara bias mengetahui jika temanku punya “perasaan sesuatu” terhadap Tiara. Jujur, memang temanku merasa sangat kehilangan dirinya.
          Usai kepergiannya, hari itu dia sulit tidur dan terus terbayang – bayang wajahnya Tiara. Dia berupaya untuk membunuh perasaan cinta itu kepada Tiara. Beliau tidak ingin terus terbuai oleh hasrat terlarang ini. Dia merasa berdosa karena membiarkan dirinya jatuh cinta lagi kepada perempuan lain pada saat seorang gadis lain telah memberikan cintanya sepenuh hatinya. Ia merasa berbuat zalim.
          Akhirnya ia mengganti nomor teleponnya dan dia sadar bahwa yang ia lakukan selama ini adalah salah. Alhamdulillah pertunangannya itu berlangsung dengan lancar. Dan aku bangga kepada temanku karena telah menjaga cinta suci yang telah di pelihara dari kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar