Minggu, 01 Desember 2013

Ya Allah, Mengapa Aku Jatuh Cinta Lagi



          Mungkin jatuh cinta adalah hal yang biasa, apalagi bagi pemuda dan pemudi. Sehari, bias saja mereka jatuh cinta dua sampai tiga kali pada pandangan pertama. Sebaiknya, ku ceritakan dulu bagaimana mulai kisahku ini. Ini berawal saat Ramadhan tahun 1431 H. Saat mau melaksanaakan shalat tarawih disebuah mushala dekat rumaku. Ketika aku selesai berwudhu dan berbalik kearah kiblat untuk berdo’a.Tak sengaja mataku bertatapan dengan mata bening seorang gadis yang berdiri di shaf belakang perempuan. Memang tempat wudhu itu tak jauh dari balik tenda shaf perempuan.
          Aku terpana beberapa saat. Astaghfirullah, aku langsung mengalihkan pandanganku ketempat lain. Namun, takurung pandangan saat tadi membuat hatiku berdesir tak menentu. Tetapi, ku anggap itu hanya angin lalu. Malam berikutnya, aku kembali mengerjakan shalat tarawih. Entah mengapa, ketika hendak berwudhu, mataku tanpa sadar mencari – cari sosok gadis itu di antara barisan shaf perempuan. Ada rasa di hatiku yang tiba – tiba kembali ingin memandang wajahnya. Bersitatap dengan mata beningnya.
          Ah, apakah yang sedang terjadi dalam diriku? Mengapa sekarang seperti ada rindu dalam dadaku? Apakah aku telah jatuh cinta pada gadis itu, sehingga aku melupakan niat awalku untuk shalat tarawih?. Ternyata, bukan hanya diriku yang ingin selalu melihat wajahnya. Dia pun juga ingin melihat wajahnya. Dia pun juga ingin melihat wajahku. Dari manaku tahu? Malam itu sebelum berangkat kemushalla, terlebih dahulu aku berwudhu dari rumah.
          Sehingga aku tak perlu lagiketempat wudhu. Nah, pada saat itulah ku perhatikan gadis itu dari jauh. Matanya seperti melirik – lirik kearah tempatku biasa berwudhu. Beberapa kali kuperhatikan, dia melakukan hal yang sama. Dari raut wajahnya, kemudian tergambar sebuah kekecewaan.
          Dari dugaanku itu, aku sangat yakin, dia juga ingin melihat diriku malam itu. Hal itu juga semakin menguatkan dugaanku, bahwa gadis itu juga suka padaku. Atau mungkin dia juga telah jatuh cinta kepadaku? Ah, mungkin rasa cinta wajar saja menghinggapi hatinya karena dia belum tahu siapa aku. Ya, aku bukanlah orang asli kampong itu. Aku Cuma ikut temanku tinggal dirumah orangtuanya.
          Gadis itu memang orang asli kampungitu, tapidia lama tinggal di kota, bersekolah. Hanya hari – hari tertentu dia pulang kampung.Jadi, dia mungkin penasaran dengan kehadiranku di kampungnya. Gara – gara gadis itu, shalat tarwihku tak lagi khusyuk. Selalu saja berkelibat baying wajahnya, yang terlihat malu – malu waktu  kami berpandangan untuk yang kedua kalinya.
          Harus kuakui, memang dia adalah gadis yang manis. Setiap melihat senyumannya, mungkin setiap lelaki pasti akan terkesima. Karena gadis itu juga, sempat pula aku terpikir untuk memilikinya, menjadikannya pacar kedua.Tapi rencana itu langsungku hapus dan kubuang dalam pikiranku. Lagi pula, belum tentu gadis itu mau dijadikan pacar kedua.
          Hampir saja hati kecilku mengakui bahwa aku telah jatuh cinta pada gadi situ, yang sampai saat ini belum kuketahui namanya. Kalau saja tidak ingat bahwa aku sudah punya kekasih.Ya Allah mengapa ini terjadi kepadaku? Mengapa aku jatuh cinta lagi?. Setan memang tak pernah lelah berusaha menggoyahkan iman seorang muslim agar berbuat maksiat kepada Allah. Begitu juga dengan diriku, tiba – tiba saja terlintas kembali dalam pikiranku untuk mendekati gadis itu tanpa sepengetahuan kekasihku.
          Seperti banyak yang dilakukan para lelaki di luar sana. Bahkan para wanita pun tak sedikit yang berselingkuh di belakang kekasihnya. Mungkin zaman yang sudah edan, atau manusianya sendiri yang sudah gila. Zaman sekarang perselingkuhan itu dianggap hal biasa. Tapi, poligami yang jelas – jelas dihalalkan oleh islam, malah banyak yang menentang. Ribet jadinya.
          Setan selalu memutar video bayangan wajahnya dalam otakku. Senyumannya, tatapan mata beningnya sungguh membuat aku gelisah, sehingga aku selalu memikirkannya. Semua itu membuatku tak pernah bias berkosntrasi dalam setiap hal yang kukerjakan. Namun, sekuat tenaga aku berusaha menahan godaan ini. Agar tidak kalah dengan akal bulus para setan, menuruti hawa nafsu.

Sakitnya Tak Mematikan Asanya



          Apalah arti sebuah cinta bagi seseorang wanita yang mempunyai penyakit. Baginya, cinta menguatkannya saat wanita itu mulai lemah, jatuh, dan tak berarti. Dia sadar bahwa kehadiran seseorang muncul secara sekonyong – konyong, yaitu pada saat dia membutuhkan seseorang yang mampu menegarkannya. Laki – Laki itu hadir di tengah padang kegersangan. Dia menemukannya di antara berjuta mata yang akan berharap kesembuhan.
          Mungkin cinta itu hadir tak tepat waktu bagi dirinya. Namun, cinta yang dirasakan bukanlah sebuah cinta picisan, melainkan cinta yang tulus dari dasar hatinya, walaupun mungkin terasa cepat untuk memutuskan itu. Sebagai pertemuan yang tak pernah diduga, dia meliahatnya di pintu baja itu. Matanya berbinar, penuh energi. Wanita itu dan ayahnya berhijrah ke Jakarta dari tanah kelahirannya “Palembang”.
          Bukan pula sekedar menghabiskan liburan, melainkan demi tujuan untuk mencari kesembuhan. Hidupnya berubah drastis ketika dokter mendiagnosis dirinya “GCT ( Giant Cell Tumor ), yaitu tumor tulang jinak yang menghancurkan tulang. Penyait itu menyerang dirinya saat ia berusia 16 tahun, umur yang masih belia. Serangkaian operasi harus ia jalani berkali – kali. Tidak hanya itu, tiap kali menjalani operasi, selalu diserati dengan masalah yang tambah rumit bagaikan benang kusut.
          Bayangkan, dirinya juga terkena masalah infeksi yang terjadi terus – menerus di lutut kakinya. Hingga hamper lima tahun, ia belum kunjung sembuh. Ditemui pria yang terlihat cukup sebaya dengannya. Pria itu hamper dalam keadaan persis dengan dirinya. Biasanya pria itu akan memilih duduk menunggu di samping rolling door. Mata pria tersebut selalu tertuju pada telepon genggamnya, sedikit sekali pria itu mengalihkan pandangan keluar.
          Sementara wanita itu akan selalu duduk menunggu tepat di depan pintu konsultasi. Yah! Disitulah sebagai pertemuan dan perkenalan mereka. Hanya sekali mereka beradu pandang, selebihnya mereka akan tertunduk ketika mata saling bertatap. Tak ada istimewah, bahkan tak sedikit pun ucapan berbasa basi yang perlu diingat sama sekali tak ada. Namun, pecayalah bahwa mata yang membuat mereka saling mengenal; bahwa mata yang membuat mereka saling berbicara; bahwa mata yang membuat ia merasa dekat dengannya.
          Matanya lincah penuh harap, tersimpan sebuah keinginan untuk terus berjuang demi kesembuhan. Begitu pun yang ia lakukan. Ia temui pria itu di poliklinik tersebut.Tak tersa waktu yang dihabiskan disana. Karena poliklinik bagian orthopedi hanya membuka konsultasi pada setiap seminggu sekali, tepatnya pada hari Selasa. Begitu pun pertemuan dengaannya yang jarang sekali bertemu. Bahkan, untuk dalam rentang waktu yang cukup lama, Ia tak bertemu dengannya disamping pintu baja itu.
Tak terasa, hampir satu tahun ia menjadi pengembara di Jakarta. Terhitung ia telah menjalani tiga kali operasi dalam satu tahun itu. Begitu berat operasi yang dirasaknnya. Akhirnya, ia kembali pulang ketanah kelahirannya, melalui Bandara Soekarno-Hatta menuju Sultan Mahmud Badaruddin II. Ia pulang dengan membawa harapan, ia pun bias sembuh sedia kala.

Jangan Main Api!



          Jangan suka main api, bias terbakar nantinya. Kata – kata ini rasanya tepat sekali menusuk relung hati temanku. Bagaimana tidak? Awalnya Dia begitu yakin semua akan baik – baik saja. Namun, ternyata lama – kelamaan perasaan cinta itu membuat hati dan pikirannya tak tentram. Bahkan, rencana pertunangan yang mereka rajut akan terancam bubar!.
          Ya, semua ini berawal saat kita dating kesuatu perusahaan yang bertujuan untuk PKL selama tiga bulan. Kita menjadi dua bagian mengikuti tempat kerja, yaitu di perakitan dan di gudang. Saat temanku dapat dibagian perakitan, dia melihat seorang wanita  yang juga PKL di perusahaan yang sama. Tiara, nama gadis itu. Harus diakui, Tiara memiliki kecantikan ragawi. Paras ayunya seketika menjadi topik yang hangat di antara teman kerja. Untungnya, sebagian besar karyawan laki – laki sudah menikah. Jadi, mereka tidak bias berbuat macam – macam. Sementara temanku, harus tahu diri.
          Dia sudah bertunangan dengan seorang gadis yang sudah dengan sabar menanti kesepiannya untuk menikah. Atas dasar itulah, dia berusaha membunuh angan – angan nakal yang kerap muncul menghantui benak dan pikirannya. Namanya beraktivitas ditempat yang sama, mereka pun jadi sering bersama. Karenanya pula, dia pun semakin mengenal keperibadiannya yang menarik. Semakin hari semakin yakin bahwa Tiara adalah tipe gadis impian kaum Adam.
          Tiara  berjilbab semenjak SMP ( temanku yang berceritakepadaku ) pada gelombang terakhir magang, ia harus pindah kegudang. Meski demikian, mereka masih berhubungan dengan baik. Apabila waktu istirahat tiba, kadang ia bersama temanku menghbiskan waktu di tempatku. Wajar saja, tempat yang ku kerjakan saat ini memang nyaman. Juga frekwensi kamar terisinya lebih jarang disbanding kosongnya.
          Tiba waktunya PKL kami berakhir. Sore sebelum kembali kerumah, mereka bersiap – siap membereskan barang – barangnya yang mereka bawa di saat masih PKL. Usai membereskan barang – barangnya kami bertiga ngobrol – ngobrol panjang lebar. Walau temanku berusaha sekuat tenaga menutupinya, Tiara bias mengetahui jika temanku punya “perasaan sesuatu” terhadap Tiara. Jujur, memang temanku merasa sangat kehilangan dirinya.
          Usai kepergiannya, hari itu dia sulit tidur dan terus terbayang – bayang wajahnya Tiara. Dia berupaya untuk membunuh perasaan cinta itu kepada Tiara. Beliau tidak ingin terus terbuai oleh hasrat terlarang ini. Dia merasa berdosa karena membiarkan dirinya jatuh cinta lagi kepada perempuan lain pada saat seorang gadis lain telah memberikan cintanya sepenuh hatinya. Ia merasa berbuat zalim.
          Akhirnya ia mengganti nomor teleponnya dan dia sadar bahwa yang ia lakukan selama ini adalah salah. Alhamdulillah pertunangannya itu berlangsung dengan lancar. Dan aku bangga kepada temanku karena telah menjaga cinta suci yang telah di pelihara dari kecil.

Cinta Yang Kau Ingkari



         Dia suadah ku katakana sebagai masa laluku. Seorang yang pernah singgah dan meniggalkan bekas dalam hatiku. Tapi,  mengapa ada sebentuk perasaan yang sering bermunculan dibenakku setiap kali bayangan wajahnya muncul. Apakah aku masih mencintainya? Hampir sering aku inget dia. Terlebih jika aku lewat di sampingrumahnya.Di tempatitu, dulu, dirikudandiaseringbertemu.Melihatmatanya yang begitu indah dan senyumnya yang sangat manis itu membuat aku tidak mau jauh darinya. Di saat aku melamun tiba – tiba sebuah motor menyelip sembrono.
          “Astaghfirullah!”, tak henti aku mengucap istighfar hingga reda degup jantung yang tadi memburu. Seperti baru saja pingsan, aku baru sadar kalau diriku baru melewati samping rumahnya yang mengingatkanku ketika bersamanya. Ah, aku jadi teringat dia lagi. Ini sudah kesekian kalinya. Wajahnya selalu hadir tanpa ku undang. Janji yang dulu pernah ada, enam bulan yang ku tunggu kabar dari dirinya. Janjinya akan pulang dan menemui aku ketika dia lulus dari pondok pesantren. Ternyata dia malah pergi bersama laki – laki lain yang tak pernah aku kenal selama aku berhubungan dengannya.
          Aku melihat mereka berpegangan dan berpelukkan mesra ketika sedang berada diatas motor yang mereka kendarai. Apa aku tak cemburu keetika melihat dia bersama laki – laki lain? Oh, tentu saja iya. Bahkan dibumbui dengan sakit hati dan merasa dicampakkan menyatu dalam hati dan jiwa ini. Aku galau. Walaupun aku tahu dan sadar betul, galau pun tak ada gunanya. Apakah dengan galau dia akan kembali padaku? Akan tetapi, di sisi lain, aku masih berharap yang aku lihat tadi tak benar. Aku belum tahu langsung dari dia. Jika dia berkata sendiri maka aku akan melepasnya.
          Perlahan, aku menenangkan hatiku sendiri. Tak lama kemudian aku menelepon dia, aku ingin tahu apakah yang aku laihat tadi itu kenyataan apa tidak? Dan setelah ku telepon dia ternyata yang ku lihat tadi memang benar kenyataan, dia cerita sendiri kepadaku bahwa dirinya tadi memang habis jalan dengan laki – laki lain yang sudah menjadi kekasihnya selama satu bulan ini. “Kenapa si kamu tidak member tahu aku kalu kamu sudah memiliki seorang kekasih? Jahat kamu, aku menantimu hingga saat ini, karena aku ingat janji kita. Dan, apa kamu lupa, ketika pertama kali kita kencan di pinggir pantai. Kamu ingat?!”.
          “Ya, aku ingat, Tapi semua itu sudah berlalu”. “Apa! Bagimu itu gampang kau jadikan sesuatu yang berlalu begitu saja? Yasudah mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur, aku tidak maumempermasalahkan ini lagi, dan aku sudah ikhlas melepaskanmu untuk laki – laki lain kalau itu membuatmu bahagia.
“Ma’afkan akuy a, aku tahu aku telah bersalah sama kamu. Tapi mau bagaimana lagi, laki – laki itu terlalu baik buataku jadi aku terima cintanya dia”.
“Iya kamu sudah aku ma’afkan, walaupun hati ini masih teriris tapi aku sudah mengikhlaskanmu”.
          Lalu aku matikan teleponnya, ku hapus nomor teleponnya karena aku tidak mau merusak hubungan mereka yang sudah mereka bina. Dan hingga saat ini aku sudah melupakan dia walaupun wajahnya masih terlintas dalam pikiranku.

Terperosok Cinta Semu


          Saat itu adalah saat pertama kali aku menganut dunia pacaran. Aku berpacaran dengan seorang wanita yang masih duduk di kelas 3 SMP. Yang ku rasakan pada saat jatuh cinta memang indah, seakan dunia milik kita berdua, yang lain serasa ngontrak. Waktu ku habiskan hanya untuk sms-an, teleponan dengan dirinya. Saat itu aku belum merasakan dampak buruk dari pacaran.
          Aku masih merasakan indahnya pacaran, akhirnya aku dengan dirinya putus tanpa ada alasan yang cukup jelas. Hati ku sakit sekali. Dan hanya bias merasakan rasa sakit yang sangatdalam dari hari ke hari. Dengan berjalannya waktu, aku kembali merasakan mengagumi lawan jenis seperti yang ku alami. Saat itu aku mengagumi salah sorang wanita yang ku ketahui ia sangat tekun beribadah dan cukup bias menjaga hijab dngan lawanjenis.
Cinta adalah suatu reaksi yang menimbulkan rasa kasih sayang dan saling memiliki. Cinta merupakan fitrah yang Allah berikan pada setiap insan di dunia. Cinta itu sendiri sebenarnya suci, tetapi terkadang manusialah yang menodai makna cinta itu sendiri. Allah memberikan cinta agar kita dapat saling menjaga dan merasakan kasih sayang, tetapi manusia selalu melebihkan perasaan cinta dalam hati mereka. Aku mulai merasakan cinta ketika kelas 1 SMK.
          Aku mengaguminya, namun tidak berlebihan karena aku tidak mau kembali sakit hati. Aku belum pernah bertemu dengan seorang wanita seperti dia sebelumnya. Ia begitu pandai mengaji dan cukup sopan. Lambat laun, kami menjadi dekat tetapi masih dalam batasan tertentu. Aku mulai banyak tahu tentang dirinya yang ternyata banyak persamaan di antara kami dalam hal berpikir.
          Ia mempunyai sejarah hidup yang menurutku sangat luar biasa. Dengan berjalannya waktu, muncullah perasaan cinta di antara kami dan kami saling mengakui perasaan itu. Namun, ia mempunyai prinsip untuk tidak berpacaran sebelum menikah. Aku sendiri memahami prinsipnya itu, oleh karena itu kami berusaha untuk tidak mendalami perasaan yang ada. Yang tidak disangka pun terjadi, ternyata ia memiliki hubungan khusus dengan seorang laki – laki, bahkan sangat istimewah.
          Aku sangat kecewa karena aku tidak percaya dia bias seperti itu. Namun, aku mengerti bahwa ke imanan seseorang tidak selamanya bertahan. Ada kalanya imannya kendur tergoda oleh indahnya cinta semu yang bias kapan saja meruntuhkan ke imanan. Aku mulai menjaga jarak dengan wanita tersebut dan tidak lagi menghubunginya. Pada saat itu, aku mengira semua wanita itu sama saja.
          Ya, bagaimana ku bias berpikir lebih arif ? Satu tahun kemudian, aku bertemu dengan salah seorang wanita yang hamper sama dengan wanita sebelumnya. Ia cukup saleha dan memiliki prinsip yang cukup kuat. Awalnya, aku tidak peduli dengan kehadirannya dalam hidupku, tetapi ia mampu membuatku menjadi lebih kuat dalam mengatasi setiap masalahku, ia cukup cerdas dan tegas. Namun, setelah cukup lama menjalin kedekatan dengannya aku kembali kecewa karena mengetahui ia tidak seperti yang ku bayangkan. Suatu ketika, wanita yang pernah mengecewakanku hadirk kembali dalam hidupku dan mengakui bahwa dulu ia khilaf dengan menjalin hubugan dengan seorang laki – laki.
          Entah mengapa aku menerima ia hadir kembali dalam hidupku. Kami kembali dekat hingga perpisahan sekolah, namun setelah itu, ia membuatku kecewa lagi. Ia kembali menjalin hubungan dengan laki – laki yang sama, atau aku hanya pelampiasannya saja? Rasa benci pernah hadir dalam hatiku, namun aku mencoba bijak dalam menghadapi masalah hatiku ini.Aku mencoba melupakan masa lalu dengan orang – orang yang menyakitiku itu dan tidak terlarut dalam kesedihan dan kebencian pada mereka. Saat aku memasuki dunia perkuliahan, aku bertemu dengan seorang wanita yang bias membuatku sangat kagum.
          Kepribaiannya sangat baik dan ia sangat cerdas sekali. Kali ini, aku tidak terlalu dekat dengannya karena aku takut kecewa kembali. Aku cukup mengaguminya saja hanya sahabatku yang tahu bahwa aku mengagumi dia, biarkan hanya hatiku dan Allah yang mengetahuinya. Kuyakin cinta akan indah pada waktunya nanti tanpa kita harus mendahului kehendak Allah untuk mencintai. Jodoh sudah diatur oleh Sang Pencipta.
          Aku yakin jika kita ingin mendapatkan pendamping yang baik maka diri kita pun harus baik, karena jodoh kita adalah cerminan diri kita. Maka dari itu, aku mencoba menjadi muslim yang salih meski baru belajar. Aku sangat yakin Allah sudah memilihkan seorang yang tepat untukku, namun sekarang belum waktunya cinta itu hadir. Siapapun ia, selama di ridhai Allah, aku akan jalani dan mensyukurinya. Cinta hakiki hanyalah milik Allah SWT, dan pacaran itu banyak mudharatnya.
          Aku tidak melupakan pengalaman cinta semu atau lintasan hatiku dulu. Karena pengalamanku itu, aku bias lebih tegar, lebih sabar, dan lebih berhati – hati dalam memilih. Karena mereka juglah aku dapat kembali dekat dengan pemilik cinta sejati, Allah SWT. Aku ingin mendapatkan pendaming hidup yang juga mencintai Allah, Rasulullah, dan keluarganya.