Sabtu, 15 Maret 2014

Kuliner Malam Di Toprak Humor

          Jum’at malam sabtu yang dingin ada sekumpulan anak remaja laki-laki yang sedang asik berbincang, anak remaja itu adalah kami. Kami sedang membahas untuk mencari sesuatu yang bisa mengenyangkan perut. Temanku yang bernama Ahmad Sahirudin menyarankan untuk makan ketoprak, tapi ketoprak tersebut berbeda dengan ketoprak-ketoprak lainnya. Tempatnya agak jauh dari rumah kita yang tepatnya di daerah ITC Fatmawati dekat Blok M. kemudian kami pun menyetujui saran tersebut.
          Tiba pukul 21.30 sekumpulan anak remaja mulai bergegas untuk menuju tempat tujuan. Diperjalanan kami menikmati suasana malam kota Jakarta, suasana tersebut begitu indah, pohon-pohon disana dihiasi lampu-lampu yang penuh dengan warna yang membuat mata tidak ingin menoleh. Setiba di tempat tujuan, kami bergegas memesan menu karena takut kehabisan, hehehe…
Disana kami memesan menu yang berbeda-beda agar bisa merasakan satu dengan yang lainnya.
           Satelah menunggu dengan lama akhirnya datang juga menu pesanan kami, walaupun beda menu tapi intinya ketoprak-ketoprak juga dan yang membedakan hanya campuran dari ketoprak tersebut. Selesai makan kami foto-foto di tempat tersebut lalu fotonya di upload ke Facebook dan Twitter sehingga kami mendapatkan hadiah berupa aksesoris yang berbentuk gantungan kunci. Jarang sekali makan ketoprak dapat hadiah, biasanya kalo beli ketoprak cuma dapat kantong plastik, itu pun kalo di bungkus hehehe.



Biar Ku Pendam Perasaan Ini

          Waktu itu aku masih SMP, aku mengenalnya di suatu sore di kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Aku hanya diam memperhatikan sikapnya. Ingin aku tau namanya, tapi malu. Entah kenapa rasa malu itu begitu kuat, padahal hampir semua temanku sepakat kalau aku bukanlah pemalu ataupun pendiam. Karena malu itu, akupun talkless, dan membiarkan teman –temanku yang mendekati dia. Dari mereka aku tau namanya, dan aku tau sedikit karakternya. Dia baik, supel, senang bercanda. Dia tergolong cewek manis, putih, dan banyak yang mengidolakan. Dari teman seangkatan, adik kelas, maupun beda sekolah.
          Tetapi dia belum menemukan yang cocok. Berulang kali dia menjalin hubungan dengan cowok yang menyukainya, tetapi dalam waktu dekat dia memutuskan hubungan. Entah kenapa. Dan aku? Sebagai penonton dan pendengar. Ya, aku akui, aku pun seperti mereka yang mengaguminya. Meski hanya dalam hati, tanpa pernah terungkapkan. Karena ku sadar, aku bukan siapa-siapa. Aku takut, ketika aku mengungkapkan rasa sukaku padanya, kemudian dia menolak lalu saling menjaga jarak. Ataupun seandainya dia pun menyukaiku, lalu kami menjalin hubungan dan ada suatu permasalahan yang mengharuskan kami putus, lalu saling menjaga jarak.
           Tidak, aku tidak ingin terjadi seperti itu. Maka, kupilih memendam saja rasa ini dan tetap berteman biasa. Karena bagiku, tidak ada istilah putus untuk berteman. Tidak ada kemungkinan menjaga jarak bagi hubungan pertemanan. Waktu-waktu yang kulalui saat bersamaanya sungguh mengesankan. Meski mungkin bagi dia itu sutu hal yang biasa tanpa kesan apapun. Belajar, bercanda, saling tukar pikiran. Masih tersimpan di memori otak. Ketika dalam diam aku memandangnya, tanpa pernah dia sadar. Ketika coba ku pancarkan sinyal positif padanya, tapi segera aku tarik dan alihkan ke yang lain. Sungguh aku takut sampai dia menangkapnya.

Lucunya Cinta Pertama

    Kapan munculnya? Saat kita tak lagi anak-anak.  Sudah mulai kenal dengan senyuman seorang perempuan, atau sebuah sapaan seorang teman lelaki. Usia usia puber yang sangat super. Perkenalan-perkenalan yang sangat membuat hati dan pikiran terbayang bayang. Dulu saat anak-anak, segalanya seperti sebuah mimpi. Kenal dan bercanda biasa saja. Tak ada sesuatu yang istimewah. Terus tiba-tiba ada yang datang. Menyatakan bahwa, “Aku cinta kamu”. Kaget bukan kepalang. Seorang gadis datang dan menyatakan perasaan. Saya bingung tidak karuan. Ada apa ini? Kok bisa begini? Salah saya apa?
      Saya bingung. Kok ada yang cinta sama saya. Lagi pula cinta itu apa? Saya nggak tahu waktu itu. Bagi saya dia biasa-biasa saja. Rambut pendek kayak anak cowok. Kulit hitam. Suka pakai celana pendek. Menariknya dimana? Lalu sejurus kemudian dia datang. “Aku mau pindah. Aku mau ngasih kamu sesuatu”. Wah, apa ya. Kok ngasih sesuatu. Jangan-jangan tagihan hutang. Hehehe ternyata saya keliru. Dia ngasih amplop.
      Saya terima amplopnya. Dia bilang “Dibuka ya…” Wah tambah grogi. Dia ngasih amplop di depan teman-teman pas main di pelataran. Mereka bilang “Buka…buka…bukaa…” Ya sudah akhirnya saya buka. Taraaaaa! Isinya ternyata adalah foto narsis dia. Wadaw… Dia minta saya menyimpannya. Saya malu dan akhirnya saya robek. Tragis!
      Dicintai memang susah. Karena kita dikejar. Berarti kalau kita tidak suka, kita harus lari kan? Tapi kalau kita suka, kita berhenti, dan pengejaran pasti berakhir. Kalau mencintai bagaimana? Mencintai menghajatan kita tuk aktif. Mengejar orang yang kita sukai itu. Dan itu bakalan susah kalau kita bertepuk sebelah tangan. Pas SD, pernah juga sih kena cinta model seperti ini. Ada cewek yang diidolakan di kelas. Namanya anak SD pasti heboh kan? Kita suka ikut-ikutan saja dengan apa yang terjadi di sana.
      Tapi semua itu sebatas cinta-cintaan. Bukan cinta beneran. Itulah cinta pertama, kadang bukan sesuatu yang serius. Hanya naksir, pengen tahu responnya dan bingung dengan tindakan selanjutnya. Hal ini biasanya terjadi karena ketidakbiasaan kita mengenali apa masalah yang kita alami. Rasa yang tiba-tiba hadir dan memenuhi hati kita. Tapi karena semua itu hanya atas nama penasaran dan kebingungan, maka eksekusinya tidak perlu juga dianggap serius.
      Anggap saja ini pendewasaan diri mengenal pergaulan. Kita hrus tahu benar bahwa di dalam kehidupan kita pasti akan banyak hal yang datang seperti cinta pertama. Ketertarikan diawal, lalu menjadi sebuah penasaran. Ketika penasaran itu diterus-teruskan maka akan menjadi sebuah perasaan berkecamuk. Semakin diikuti semakin membuat kita galau. Semakin galau membuat kita gelisah. Semakin gelisah membuat kita tidak menentu.