Randwick Kampung Indonesia di Sydney
Istilah itu mungkin berlebihan. Tapi itulah yang penulis rasakan saat berada di daerah sekitar Randwick. Daerah sekitar Randwick yang saya maksudkan adalah Kensington dan Maroubra. Di tiga tempat inilah banyak ditemui orang Indonesia.
Letak Konjen RI di Maroubra. Universitas New South Wales di mana banyak mahasiswa luar negeri kuliah di sini, termasuk mahasiswa dari Indonesia ada di Kensington. Banyak mahasiswa tinggal di sekitar Randwick. Karena inilah penulis punya alasan untuk menyebut Randwick itu kampungnya orang Indonesia di Sydney.
Di sekitar tiga daerah inilah bisa didapat banyak restoran Indonesia. Juga toko yang menjual produk Indonesia. Tempat yang paling sering dikunjungi untuk mencari masakan Indonesia memang paling populer adalah di daerah Kensington. Ada restoran Jawa, Jakarta, Minang, Padang, Yogya, Surabaya dan lain-lain di sepanjang jalan Anzac Pde. Orang tidak pernah sepi bersliweran berjalan di sepanjang trotoir. Begitu melangkah beberapa meter di hari sibuk, pasti mendengar celotehan orang memakai bahasa Indonesia.
Serasa berada di tanah air bila sempat mendengar celotehan bahasa Indonesia di tempat seperti ini. Serasa merdu di telinga. Serasa di rumah sendiri. Kadang sempat membayangkan, jika Indonesia bisa makmur seperti ini, betapa menyenangkan. Orang hidup berdampingan dengan damai. Semua harga terjangkau. Semua orang bisa membeli barang keperluannya. Sarwo tinuku, kata orang Jawa. Tapi itu hanya angan-angan yang entah kapan bisa terwujud.
Bila kedatangan tamu atau saudara dari Indonesia, tanpa mengajak mereka mampir ke daerah ini rasanya belum lengkap. Karena begitu berada di daerah inilah bisa bikin lupa bahwa mereka lagi berada di luar negeri. Saat menyantap makanan di restoran Indonesia terdengar kelakar bahasa yang kita kenal banget di telinga. Bahkan pelayan restoran dan pemilik restoran juga orang Indonesia. Jadi terasa sama persis kayak lagi di Indonesia.
Tempat ini juga nyaman untuk berburu produk makanan asal Indonesia. Banyak toko grosir yang berjualan produk Indonesia di sepanjang jalan Anzac Pde. Macam-macam makanan bisa didapat. Jika kangen ingin masak masakan Indonesia harus datang ke sini agar puas. Kalau kangen beras kencur, ada produknya. Kangen nasi kuning bungkus juga ada. Nasi bungkus ayam panggang lengkap dengan sambalnya juga ada. Tinggal menghangatkan dan langsung disantap. Juga kue-kue hasil masakan orang Indonesia yang dititipkan pada toko. Konsinyasi produk lokal orang Indonesia sepertinya tidak pernah sepi. Selalu saja ada dan bermacam-macam masakan.
Di toko grosir Asia, produk Indonesia lumayan lengkap. Berbagai aneka sambel, krupuk, tempe, kopi, gereh, makanan kecil, kripik ketela, krupuk padang dan sebagainya. Bahkan ada juga koyok. Sesuatu yang tidak bisa didapat di toko manapun. Koyok atau plester tempel penghangat badan yang berfungsi semacam balsem sepertinya hanya Indonesia yang memproduksi. Produk yang enak sekali dipakai bila saatnya datang musim dingin karena sering otot terasa ngilu.
Tempat semacam ini amat bikin kangen. Jika lama tak berkunjung, begitu masuk toko grosir mata jadi jelalatan. Kayak anak kecil melihat begitu banyaknya mainan. Pasti kecenderungan untuk main borong tidak tertahankan lagi. Sekalian saja beli yang banyak dan disimpan. Jika kangen baru dikonsumsi.
Pada hari Minggu petang ini, penulis sempat mampir ke Kensington untuk belanja setelah mengunjungi keluarga di Little Bay yang melewati daerah ini. Menyenangkan sekali. Meski keadaan sudah cukup sepi karena hari Minggu dan toko hampir tutup. Jarang ada toko buka pada hari Minggu. Karena membayar karyawan kerja pada hari Minggu gajinya dua setengah kali dibanding pada hari-hari biasa. Jadi tidak begitu menguntungkan jika toko buka hari Minggu kecuali jelas-jelas bakal menguntungkan karena banyak pembeli.
Toko grosir Indonesia ini memang banyak pembelinya. Pada saat toko hampir tutup, masih saja ada orang yang masuk toko. Rata-rata memang berusia muda. Mungkin mahasiswa Indonesia yang kuliah di UNSW atau kursus bahasa Inggris di sekitar kampus. UNSW memang universitas istimewa. Dosen dan guru besarnya ada yang dari Indonesia. Atau dosen Australia yang lihai berbahasa Indonesia. Prosentase pengajar berbahasa Indonesia di UNSW penulis perkiraan lebih banyak dibanding universitas lain di Sydney. Bahkan UNSW adalah twin sisternya UGM. Beberapa mahasiswa Australia pernah belajar di UGM dalam program pertukaran pelajar.
Hati terasa ringan setelah berkunjung ke tempat ini meski harus nyetir berjam-jam karena rumah yang jauh. Apa yang dibeli langsung dicoba begitu tiba di rumah. Sangat manjur sebagai obat capek. Sambil nonton TV, meluruskan kaki, menyeruput temu lawak dan ditemani emping pedes serasa nikmat dan lengkap sudah hidup ini. Kalau orang kampung saya akan bilang, mak nyosss… *** (HBS)
Sumber :
http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/09/15/randwick-kampung-indonesia-di-sydney-592893.html
http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/09/15/randwick-kampung-indonesia-di-sydney-592893.html
Saya sebagai warga negara Indonesia merasa bangga saat membaca tulisan diatas, karena di luar negeri sana ketika melangkah beberapa meter di hari sibuk, pasti mendengar celotehan orang memakai bahasa Indonesia. Dan di luar negeri sana tepatnya di Sydney di daerah Kensington terdapat berbagai macam restoran seperti restoran Jawa, Jakarta, Minang, Padang, Yogya, Surabaya dan lain-lain di sepanjang jalan Anzac Pde. Orang luar negeri aja menyukai Indonesia kenapa kita sebagai warga Indonesia malah memilih untuk pergi keluar negeri dan ada yang ingin memilih untuk menetap disana, sungguh menyedihkan yaa..
BalasHapus