Minggu, 20 Oktober 2013

Menu Di Pagi Hari


          Adzan subuh telah berkumandang, saatnya aku bangun dari tempat tidur dan bergegas untuk menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim. Ayam jago terus berkokok, matahari mulai menampakkan batang hidungnya, dan burung – burung berkicau dengan keras untuk menandakan bahwa pagi ini sangat cerah. Perutku sudah mengeluarkan suara, tandanya waktu sarapan telah tiba. Hmm.., kira – kira menu sarapan pagi ini apa ya?.
          Terlintas di pikiranku untuk membeli sebungkus nasi uduk. Aku pun pergi keluar untuk membelinya di depan rumahku, sebab yang jualan adalah tetanggaku sendiri, jadi aku tidak perlu repot – repot mencarinya di pasar, itu pun memakan waktu yang sangat lama untuk pergi kesana. Akhirnya nasi uduk sudah di depan mata, rasanya sudah tidak sabar untuk menyantapnya. He..He..He.. Tapi sebelum itu aku membuat secangkir teh hangat sebab kalau makan nasi uduk tanpa teh hangat rasanya hambar seperti sayur tanpa garam. Bissmillaahirrahmanirrahiim sambil mengangkat tangan dan membaca do’a makan, setelah berdo’a aku mulai menyantapnya dengan lahap. Beehhh.. Nikmat banget rasanya makan nasi uduk + secangkir teh hangat memang tidak ada duanya pilih menu makan pagi ini, apalagi sambil mendengarkan musik Zaskia Gotik bernyanyi dengan judul lagu “Sudah Cukup Sudah“, idiihhh.. Benar – benar gurih deh. :)

Pengenalan Diri

          Nama saya Heriyanto, saya anak kelima dari tujuh bersaudara, saya lahir di Jakarta tanggal 17 Februari 1993.Alamat rumah saya di jalan Tipar Cakung Gg. Gempol Rt. 001 Rw. 004 No. 21 Kelurahan Sukapura Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Jika ingin main kerumah saya catat saja alamatnya,. He..He..He.. :D. Hobi saya mendengarkan musik, tanpa musik hiduppun akan terasa hampa. Tapi ada kebiasaan yang saya lakukan jika sedang bete dan galau yaitu seperti melukis atau membuat graffitty di lembaran kertas kosong( HVS dan A4 ).
          Saya terlahir dari keluarga yang sederhana dan penghasilan orang tua saya hanya pas – pasan. Namun itu semua tidak membuat saya patah semangat, jika kita mau usaha dan berdo’a, saya yakin rezeki akan dating dimanapun dan kapanpun, dan semua ini sudah ada yang mengatur. Untuk itu saya harus bias menggapai impian saya dan impian saya cuma satu yaitu membahagiakan kedua orang tua. Kita tidak akan bias membalas semua kebaikannya walaupun dengan sebuah harta, tetapi itu semua tidak akan membuat mereka senang, dan mereka tidak akan meminta untuk dibalas semua kebaikannya, namun yang membuat mereka bias bahagia adalah ketika melihat sosok anaknya menjadi orang yang berguna dan berhasil dalam menggapai impiannya.

Rabu, 02 Oktober 2013

Sepak Terjang Bahasa Indonesia di Luar Negeri



Randwick Kampung Indonesia di Sydney
       
           Istilah itu mungkin berlebihan. Tapi itulah yang penulis rasakan saat berada di daerah sekitar Randwick. Daerah sekitar Randwick yang saya maksudkan adalah Kensington dan Maroubra. Di tiga tempat inilah banyak ditemui orang Indonesia.
           Letak Konjen RI di Maroubra. Universitas New South Wales di mana banyak mahasiswa luar negeri kuliah di sini, termasuk mahasiswa dari Indonesia ada di Kensington. Banyak mahasiswa tinggal di sekitar Randwick. Karena inilah penulis punya alasan untuk menyebut Randwick itu kampungnya orang Indonesia di Sydney.
            Di sekitar tiga daerah inilah bisa didapat banyak restoran Indonesia. Juga toko yang menjual produk Indonesia. Tempat yang paling sering dikunjungi untuk mencari masakan Indonesia memang paling populer adalah di daerah Kensington. Ada restoran Jawa, Jakarta, Minang, Padang, Yogya, Surabaya dan lain-lain di sepanjang jalan Anzac Pde.  Orang tidak pernah sepi bersliweran berjalan di sepanjang trotoir. Begitu melangkah beberapa meter di hari sibuk, pasti mendengar celotehan orang memakai bahasa Indonesia.
            Serasa berada di tanah air bila sempat mendengar celotehan bahasa Indonesia di tempat seperti ini.  Serasa merdu di telinga. Serasa di rumah sendiri. Kadang sempat membayangkan, jika Indonesia bisa makmur seperti ini, betapa menyenangkan. Orang hidup berdampingan dengan damai. Semua harga terjangkau. Semua orang bisa membeli barang keperluannya. Sarwo tinuku, kata orang Jawa. Tapi itu hanya angan-angan yang entah kapan bisa terwujud.
           
             Bila kedatangan tamu atau saudara dari Indonesia, tanpa mengajak mereka mampir ke daerah ini rasanya belum lengkap. Karena begitu berada di daerah inilah bisa bikin lupa bahwa mereka lagi berada di luar negeri. Saat menyantap makanan di restoran Indonesia terdengar kelakar bahasa yang kita kenal banget di telinga.  Bahkan pelayan restoran dan pemilik restoran juga orang Indonesia. Jadi terasa sama persis kayak lagi di Indonesia.
            Tempat ini juga nyaman untuk berburu produk makanan asal Indonesia. Banyak toko grosir yang berjualan produk Indonesia di sepanjang jalan Anzac Pde. Macam-macam makanan bisa didapat. Jika kangen ingin masak masakan Indonesia harus datang ke sini agar puas. Kalau kangen beras kencur, ada produknya. Kangen nasi kuning bungkus juga ada. Nasi bungkus ayam panggang lengkap dengan sambalnya juga ada. Tinggal menghangatkan dan langsung disantap. Juga kue-kue hasil masakan orang Indonesia yang dititipkan pada toko. Konsinyasi produk lokal orang Indonesia sepertinya tidak pernah sepi. Selalu saja ada dan bermacam-macam masakan.
            Di toko grosir Asia, produk Indonesia lumayan lengkap. Berbagai aneka sambel, krupuk, tempe, kopi, gereh, makanan kecil, kripik ketela, krupuk padang dan sebagainya. Bahkan ada juga koyok. Sesuatu yang tidak bisa didapat di toko manapun. Koyok atau plester tempel penghangat badan yang berfungsi semacam balsem sepertinya hanya Indonesia yang memproduksi. Produk yang enak sekali dipakai bila saatnya datang musim dingin karena sering otot terasa ngilu.
           
            Tempat semacam ini amat bikin kangen. Jika lama tak berkunjung, begitu masuk toko grosir mata jadi jelalatan. Kayak anak kecil melihat begitu banyaknya mainan. Pasti kecenderungan untuk main borong tidak tertahankan lagi. Sekalian saja beli yang banyak dan disimpan. Jika kangen baru dikonsumsi.
            Pada hari Minggu petang ini, penulis sempat mampir ke Kensington untuk belanja setelah mengunjungi keluarga di Little Bay yang melewati daerah ini. Menyenangkan sekali.  Meski keadaan sudah cukup sepi karena hari Minggu dan toko hampir tutup. Jarang ada toko buka pada hari Minggu.  Karena membayar karyawan kerja pada hari Minggu gajinya dua setengah kali dibanding pada hari-hari biasa. Jadi tidak begitu menguntungkan jika toko buka hari Minggu kecuali jelas-jelas bakal menguntungkan karena banyak pembeli.
            Toko grosir Indonesia ini memang banyak pembelinya. Pada saat toko hampir tutup, masih saja ada orang yang masuk toko.  Rata-rata memang berusia muda. Mungkin mahasiswa Indonesia yang kuliah di UNSW atau kursus bahasa Inggris di sekitar kampus.  UNSW memang universitas istimewa. Dosen dan guru besarnya ada yang dari Indonesia. Atau dosen Australia yang lihai berbahasa Indonesia. Prosentase pengajar berbahasa Indonesia di UNSW penulis perkiraan lebih banyak dibanding universitas lain di Sydney. Bahkan UNSW adalah twin sisternya UGM. Beberapa mahasiswa Australia pernah belajar di UGM dalam program pertukaran pelajar.
            Hati terasa ringan setelah berkunjung ke tempat ini meski harus nyetir berjam-jam karena rumah yang jauh. Apa yang dibeli langsung dicoba begitu tiba di rumah. Sangat manjur sebagai obat capek. Sambil nonton TV, meluruskan kaki, menyeruput temu lawak dan ditemani emping pedes serasa nikmat dan lengkap sudah hidup ini. Kalau orang kampung saya akan bilang, mak nyosss… *** (HBS)